Demi Hal Besar
Jangan Sepelekan Hal
Kecil
Dosen UIN SGD
Bandung
Tujuan
hidup manusia secara keseluruhan adalah hal yang besar, yaitu membangun
peradaban, agar tempat yang namanya dunia ini benar-benar makmur layaknya
hunian yang dikelola oleh manusia sebagai makhluk berakal budi. Tujuan besar
itu tentu tidak akan tercapai secara instan tanpa adanya proses berkelanjutan.
Hidup berproses itu menyiratkan adanya peran penting elemen-elemen kecil yang berperan
terus menerus dan saling membantu untuk mencapai tujuan itu.
Deskripsi sederhana di atas merepresentasikan
ajaran Islam yang sangat komprehensif, bersistem nilai utuh, dan menghargai
proses. Allah swt mengajarkan kepada kita, “Bekerjalah kamu, maka Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu,” (QS al-Taubah
[9]:105); dan “Berbuatlah kamu menurut kedudukannmu,” (QS al-An’am
[6]:135). Besarnya pekerjaan atau sesuatu yang dipersembahkan tidak
dipersoalkan di sini, tetapi upaya dan proses lah yang diperintahkan. Dalam
konteks ini Rasulullah saw mengajarkan, “Janganlah sekali-kali kamu
merendahkan kebaikan sekecil apapun walau hanya memberikan tali penyambung;
memberikan tali sandal; menuangkan air dari ember ke bejana; menyingkirkan
sesuatu yang mengganggu di jalan; menemui saudaramu dengan wajah ceria; menemui
sudaramu dengan salam; menjinakkan binatang liar di muka bumi.” (HR Ahmad).
Kebaikan yang tampak kecil di mata Islam belum
tentu bernilai kecil, sebaliknya, keburukan yang tampak sederhana boleh jadi berdampak
besar. Melalui kebesarannya sebagai seorang nabi, setiap pagi Baginda Rasulullah
saw menyempatkan diri menyuapi seorang nenek Yahudi yang buta. Setelah beliau
wafat, Abu Bakar ra melanjutkan pekerjaan itu. Namun sang nenek yang buta itu bisa membedakan antara
keduanya. Ketika ia diberi tahu bahwa yang dulu menyuapinya adalah Rasulullah
saw dan beliau sudah wafat, nenek itu segera masuk Islam.
Ketika seseorang memiliki cita-cita besar bukan
berarti ia boleh mengabaikan amal-amal sederhana, karena boleh jadi amal
sederhana yang diabaikan dapat menggagalkannya. Apa yang terjadi ketika
sesorang berusaha menegakkan Islam namun pada waktu yang sama ia memojokkan
orang Islam lain yang berbeda pandangan dengan dirinya? Ini sama dengan berupaya
menegakkan Islam dan menghancurkannya pada sisi lain tanpa disadari. Kita juga
bisa melihat apa yang akan terjadi ketika mobil mewah dibuang pentilnya; sesorang
menyimpan seonggok sampah di pojok halaman yang bersih; dan seorang bayi yang hidungnya
termasuki air susu. Bandingkan juga dengan perusahaan besar tetapi tanpa ada
peran konsumen di tingkat paling bawah bawah. Begitulah seterusnya. Kita akan
mengetahui bahwa ini berakibat besar.
Sebuah pepatah yang hadir dari ranah budaya
berkata, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Pepatah ini tidak
harus dipahami bahwa orang yang rajin menabung akan kaya, atau anak yang rajin
mengumpulkan koin dalam celengan akan banyak uang, tetapi ada nilai edukatif
yang diyakini penting bagi kehidupan. Artinya, cita-cita atau pekerjaan besar
yang terlaksana adalah representasi dari pekerjaan yang dimulai dari titik nol
dan peran kebaikan-kebaikan kecil yang terakumulasi.
Implikasinya, setiap kita wajib memberikan
kontribusi untuk kehidupan sesuai dengan kapasitas kita masing-masing walaupun
hanya sebagai rakyat jelata, karena di setiap kapasitas yang kita miliki ada
potensi kebaikan yang tidak kecil nilainya jika diupayakan. Peran setiap
individu inilah yang justru akan membuat cita-cita besar bangsa akan tercapai. Jika
ingin masyarakat kita sehat, tidak korup, dan jauh dari kemaksiatan, jadikanlah
individu-individunya sebagai kontributor untuk itu. Demikian juga jika ingin
pemerintahan dan bangsa ini bersih, aman, sejahtera dan dekat kepada Allah swt,
berkontribusilah dengan apa saja yang kita bisa. Jadi, demi hal besar jangan spelekan hal kecil.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar