Sabtu, 11 Juni 2016

Nuansa Qolbu : Artikel DR. Acep Hermawan, M.Ag

      

Demi Hal Besar
Jangan Sepelekan Hal Kecil


Acep Hermawan
Dosen UIN SGD Bandung

Tujuan hidup manusia secara keseluruhan adalah hal yang besar, yaitu membangun peradaban, agar tempat yang namanya dunia ini benar-benar makmur layaknya hunian yang dikelola oleh manusia sebagai makhluk berakal budi. Tujuan besar itu tentu tidak akan tercapai secara instan tanpa adanya proses berkelanjutan. Hidup berproses itu menyiratkan adanya peran penting elemen-elemen kecil yang berperan terus menerus dan saling membantu untuk mencapai tujuan itu.
Deskripsi sederhana di atas merepresentasikan ajaran Islam yang sangat komprehensif, bersistem nilai utuh, dan menghargai proses. Allah swt mengajarkan kepada kita, “Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu,” (QS al-Taubah [9]:105); dan “Berbuatlah kamu menurut kedudukannmu,” (QS al-An’am [6]:135). Besarnya pekerjaan atau sesuatu yang dipersembahkan tidak dipersoalkan di sini, tetapi upaya dan proses lah yang diperintahkan. Dalam konteks ini Rasulullah saw mengajarkan, “Janganlah sekali-kali kamu merendahkan kebaikan sekecil apapun walau hanya memberikan tali penyambung; memberikan tali sandal; menuangkan air dari ember ke bejana; menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan; menemui saudaramu dengan wajah ceria; menemui sudaramu dengan salam; menjinakkan binatang liar di muka bumi.” (HR Ahmad).
Kebaikan yang tampak kecil di mata Islam belum tentu bernilai kecil, sebaliknya, keburukan yang tampak sederhana boleh jadi berdampak besar. Melalui kebesarannya sebagai seorang nabi, setiap pagi Baginda Rasulullah saw menyempatkan diri menyuapi seorang nenek Yahudi yang buta. Setelah beliau wafat, Abu Bakar ra melanjutkan pekerjaan itu. Namun sang nenek  yang buta itu bisa membedakan antara keduanya. Ketika ia diberi tahu bahwa yang dulu menyuapinya adalah Rasulullah saw dan beliau sudah wafat, nenek itu segera masuk Islam.
Ketika seseorang memiliki cita-cita besar bukan berarti ia boleh mengabaikan amal-amal sederhana, karena boleh jadi amal sederhana yang diabaikan dapat menggagalkannya. Apa yang terjadi ketika sesorang berusaha menegakkan Islam namun pada waktu yang sama ia memojokkan orang Islam lain yang berbeda pandangan dengan dirinya? Ini sama dengan berupaya menegakkan Islam dan menghancurkannya pada sisi lain tanpa disadari. Kita juga bisa melihat apa yang akan terjadi ketika mobil mewah dibuang pentilnya; sesorang menyimpan seonggok sampah di pojok halaman yang bersih; dan seorang bayi yang hidungnya termasuki air susu. Bandingkan juga dengan perusahaan besar tetapi tanpa ada peran konsumen di tingkat paling bawah bawah. Begitulah seterusnya. Kita akan mengetahui bahwa ini berakibat besar.
Sebuah pepatah yang hadir dari ranah budaya berkata, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Pepatah ini tidak harus dipahami bahwa orang yang rajin menabung akan kaya, atau anak yang rajin mengumpulkan koin dalam celengan akan banyak uang, tetapi ada nilai edukatif yang diyakini penting bagi kehidupan. Artinya, cita-cita atau pekerjaan besar yang terlaksana adalah representasi dari pekerjaan yang dimulai dari titik nol dan peran kebaikan-kebaikan kecil yang terakumulasi. 
Implikasinya, setiap kita wajib memberikan kontribusi untuk kehidupan sesuai dengan kapasitas kita masing-masing walaupun hanya sebagai rakyat jelata, karena di setiap kapasitas yang kita miliki ada potensi kebaikan yang tidak kecil nilainya jika diupayakan. Peran setiap individu inilah yang justru akan membuat cita-cita besar bangsa akan tercapai. Jika ingin masyarakat kita sehat, tidak korup, dan jauh dari kemaksiatan, jadikanlah individu-individunya sebagai kontributor untuk itu. Demikian juga jika ingin pemerintahan dan bangsa ini bersih, aman, sejahtera dan dekat kepada Allah swt, berkontribusilah dengan apa saja yang kita bisa. Jadi, demi hal besar jangan spelekan hal kecil.  Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: