AIR MATA MAKAM CIKADUT
Meluncur membasahi punggung
Menghujam ulu hati, ketidak berdayaanku
Sorak sorai penonton,
Membuat miris hati yang luka
Duka anakku, juga hatiku
Kulepaskan segala macam rutinitasku
Demi sang buah hati
Walau kutahu itu sembilu
Yang siap mengiris perasaanku
Suara peluit sang wasit
Memperat pelukan sang waktu
Diantara ilalang yang terinjak
Dan tatapan hampa penuh derita
Berjuanglah anakku
Dibelantara ketidak adilan dan kecongkakan hidup
Sampai jiwa tertanam
Seperti jasad-jasad yang tersimpan
Dibawah batu nisan bertengger megah,
Makam Cikadut
Cikadut, Oktober 2010
Diambil dari Kumpulan Sajak Kang “U” Kong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar